dc.description.abstract |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermaknaan hidup pada single
parent yang disebabkan karena peristiwa kematian pasangan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis
untuk mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena
tertentu (Kahija, 2017). Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode
wawancara, observasi dan teknik dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah lima orang dengan kriteria sebagai single parent yang mengalami
perpisahan akibat kematian pasangan, usia dewasa 30 - 60 tahun dan
mengalami kematian pasangan setelah > 1 tahun dengan usia pernikahan > 5
tahun.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima responden single parent
merasakan perubahan dalam aspek kondisi ekonomi yang meliputi kekurangan
ekonomi, dibantu anak dan memikul tanggung jawab yang lebih berat.
Perubahan dalam kondisi psikologis meliputi rasa kesepian, tidak ada tempat
berbagi dan selalu teringat pasangan. Kelima responden memiliki hidup yang
bermakna dengan gambaran dinamika yang berbeda-beda. Kelima responden
menemukan makna hidup melalui beberapa tahapan meliputi kebebasan
berkehendak dengan perilaku memutuskan apa yang dianggap baik dan
memprioritaskan anak. Kemampuan menerima kehendak yang ditandai dengan
adanya keyakinan bahwa jodoh urusan Tuhan, tidak berpikir menikah lagi dan
mempertimbangkan pendapat anak. Bertanggung jawab terhadap sikap hidup
yang dianut ditandai dengan memenuhi kebutuhan anak dan memberikan
dorongan. Hasrat hidup bermakna yang meliputi kepuasan hidup ditandai dengan
adanya rasa bersyukur atas keadaan, nikmat kesehatan dan berbuat baik, dan
rasa syukur atas anak yang mampu memahami orang tua. Kemampuan
menghadapi keadaan yang meliputi hasrat untuk bekerja, berusaha memperbaiki
masalah dan sabar jika kekurangan. |
en_US |