KEBERSYUKURAN SEBAGAI PREDIKTOR KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK DI KOTA MAKASSAR

Abstract

Kondisi fisik dengan kerterbatasan membuat beberapa individu kesulitan melakukan kegiatan dalam kesehariannya, seseorang dengan kondisi ini disebut juga dengan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas pada umumnya selalu membutuhkan sarana untuk menunjang kegiatan mereka. Namun karena kondisi tersebut, beberapa penyandang disabilitas merasa tidak memiliki tujuan jangka panjang atau makna hidup karena memikirkan selama hidupnya akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Beberapa faktor tersebut membuat individu kesulitan ketika menghadapi kehidupan dan lingkungan sosialnya. Kebermaknaan adalah kondisi dimana seseorang mampu menemukan makna dan menyadari kepentingan dan tujuan hidup serta menghargai keberadaan dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kebersyukuran dapat menjadi prediktor kebermaknaan hidup pada penyandang disabilitas fisik di Kota Makassar. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yakni skala Gratitude Resentment and Appreciation Test (GRAT) yang di buat oleh Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R. L. (2003) dan skala Meaning in Life Questionnare (MLQ) yang dibuat oleh Steger, et al (2006). Penelitian ini melibatkan subjek penyandang disabilitas fisik sebanyak 212 di Kota Makassar. Data penelitian ini dianalisis menggunakan teknik regresi sederhana dengan bantuan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kebersyukuran dapat menjadi prediktor terhadap kebermaknaan hidup, dengan nilai kontribusi sebesar 38.7%, dengan arah pengaruh yang positif, artinya semakin tinggi kebersyukuran seseorang maka kebermaknaan hidup seseorang juga akan semakin meningkat.