Abstract:
Orang Bajo terutama di Sulawesi Selatan banyak mengadaptasi adat istiadat
orang Bugis atau Makassar. Atau juga adat istiadat Buton di Sulawesi Tenggara.
Sedangkan orang Bajo di Sumbawa cenderung mengambil adat Bugis, bahkan seringkali
mengidentifikasi dirinya sebagai orang Bugis/Buton di beberapa daerah. Meskipun telah
ratusan tahun tinggal bersama penduduk lokal di Bone, orang Bajo tetap sampai
sekarang taat menganut agama Islam, dan bagi mereka Islam adalah satu-satunya
agama yang menjadi ciri khas suku ini. Menjaga kekayaan laut adalah salah sifat yang
diemban oleh suku Bajo. Dengan kearifannya mereka mampu menyesuaikan diri dengan
ganasnya lautan. Sebelum menetap, suku Bajo seperti sebutannya ‘manusia perahu’
merupakan komunitas yang hidup diatas perahu. Kebudayaan seperti ini dialirkan oleh
leluhur suku Bajo. Bertahan hidup dan menyambung hidup diatas laut. Oleh karena itu
suku Bajo selalu berpindah-pindah dalam hidupnya. Setelah memanfaatkan suatu
daerah, maka mereka akan berpindah ke tempat baru.Metode yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif .
Hasil penelitian menunjukan Secara keseluruhan perilaku komunikasi suku Bajo
didasarkan atas kuat lemahnya interaksi sosial dengan komunitas daratan. Semakin kuat
suku Bajo interaksi dengan komunitas daratan maka semakin besar juga munculnya
perilaku komunikasi baru yang identik dengan komunitas daratan. Faktor yang
mempengaruhi perilaku komunikasi suku Bajo dalam berinteraksi dengan komunitas
daratan yaitu: tingkat pendidikan, pola-pola kehidupan (sistem kekerabatan, pola tempat
tinggal, bahasa, kesamaan agama, adanya kebutuhan, dan adanya bentuk-bentuk
interaksi sosial (kerjasama, akomodasi, asimilasi).
Pernyataan ini relevan dengan pendapat Menurut geerts wilder perubahan sosial
budaya dapat terjadi karena adanya faktor dari dalam kebudayaan itu sendiri, dalam
artian para pendukungnya merasa bahwa beberapa pranata kebudayaannya harus
dirubah dan disesuaikan dengan perkembangan objek di dalam kehidupan sosialnya.
Perubahan sosial budaya dapat pula terjadi dari luar kebudayaan itu yaitu karena
adanya pengaruh kebudayaan lain yang secara lambat mempengaruhi kebudayaan
tersebut, terutama dapat terjadi karena adanya kontak-kontak kebudayaan dengan
pendukung kebudayaan lain (akulturasi).