Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan stratifikasi sosial dalam
upacara pemakaman atau Rambu Solo’ di Mamasa dengan menggunakan
pendekatan etnografi. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan metode etnografi. Objektif dalam penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan makna dan tujuan dilaksanakannya upacara pemakaman di
Mamasa dan untuk mendeskripsikan pengaru-pegaruh stratifikasi sosial dalam
pelaksanaan upacara pemakaman atau Rambu Solo’ di Mamasa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif yang diawali dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun
narasumber dalam penelitian ini yang dianggap paham dan tahu tentang berbagai
macam upacara adat di Mamasa yaitu tokoh adat, kepala desa dan orang tua
kampung.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka terkuak bahwa berdasarkan
stratifikasi sosial di Mamasa Rambu Solo’ dibedakan atas beberapa jenis yaitu
untuk stratifikasi sosial tinggi Tana’ Bulaan dan Tana’ Bassi memiliki tingkatan
upacara sebagai berikut : Diallun, Dipelima, Dituntun Pitu. Untuk golongan strata
rendah yaitu Tana’ Karurung: Dilembangan, dibasse kayu, mesa tedong,
dipatomali dan untuk Tana’ Koa-koa yaitu Disolangan, Dituru’ Tau, Pitu Bai.
Makna upacara Rambu Solo’ sebagai bentuk dukacita, rasa cinta dan rasa hormat
terhadap yang meninggal. Tujuannya bagi golongan Bangsawan Rambu Solo’
untuk memperlihatkan identitas di tengah masyarakat. Buat kalangan strata sosial
rendah mereka melakukan hanya semata agar arwah orang yang telah meninggal
dunia melakukan perjalanan dengan baik ke dunia orang mati (Pulondong).
Adapun pengaruh-pengaruh stratifikasi sosial dalam upacara Rambu Solo’ di
Mamasa yaitu: Proses upacara Rambu Solo’ harus didsarkan pada Tana’, ini
berarti bahwa tingkatan upacara untuk Tana’ Karurung dan Tana’ Kua-kua tidak
bisa sama dengan kalangan bangsawan meskipun mampu dari segi ekonomi
kemudian proses dan peralatan yang digunakan saat upacara pun berbeda dan juga
tidak boleh sama, seperti: berapa lama mayat disimpan, jenis pembungkus mayat,
tempat mayat saat diupacarakan, jumlah hewan yang dikorbankan, jumlah
gandang, tempat mayat dikuburkan dan jenis pakaian yang digunakan baik
keluarga yang berduka maupun pelayat yang datang.