PENGARUH PENAMBAHAN ANTIOKSIDAN GLUTATHIONE SULFIHIDRIL (GSH) PADA MEDIA MATURASI TERHADAP KUALITAS OOSIT SAPI BALI PASCA KRIOPRESERVASI

Show simple item record

dc.contributor.author HIDAYAT, TAUFIK
dc.date.accessioned 2023-10-17T06:46:36Z
dc.date.available 2023-10-17T06:46:36Z
dc.date.issued 2023
dc.identifier.other 45 19 035 010
dc.identifier.uri http://localhost:8080/xmlui/handle/123456789/7137
dc.description.abstract Proses kriopreservasi oosit dilakukan sebagai upaya penyediaan oosit berkualitas dalam pelaksanaan in vitro fertilisasi (VIF) yang selanjutnya digunakan untuk program transfer embryo. Sebelum oosit dibekukan oosit perlu dimaturasi terlebih dahulu dalam proses kultur oosit dapat menimbulkan reactive oxygen species (ROS) seperti radikal bebas. Radikal bebas merupakan kelompok molekul kimia yang tidak stabil dan sangat reaktif yang dapat mnenyebabkab kerusakan sel, sehingga dibutuhkan suatu bahan antioksidan yaitu Glutation sulfihidril (GSH) dalam media adaptasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Penambahan GSH Pada Media Maturasi Terhadap Kualitas Oosit Sapi Bali Pasca Kriopreservasi. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2023, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan penambahan glutathion sulfihidryl (GSH) pada media adaptasi yaitu P0 (kontrol), P1 (0,5mM), P2 (1mM), P3 (1,5mM) dengan 6 kali ulangan. Parameter penelitian adalah morfologi oosit (viabilitas, zona pelusida fraktur, penyusutan, dan lisis) setelah kriopreservasi dan pencairan kembali. Data dianalisis menggunakan ANOVA dibantu program software SPSS v16, jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan GSH terhadap viabilitas P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 53,86a , 66,62b , 69,30b , dan 73,33b (P<.05), Persentase oosit yang viabilitas pada kontrol (tampa GSH) nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding perlakuan.Gluthatione adalah suatu thiol tripeptida (yglutamylcysteinylglycine) merupakan komponen sulphydryl non protein yang mempunyai peranan penting dalam detoksifikasi dan antioksidan seperti memelihara kondisi redoks intraseluler dan melawan stress oksidatif. Adapun pada zona pellusida fraktur (P0, P1, P2, dan, P3 berturut-turut 3,33a , 0.00a , 0,00a , 1,38a ), penyusutan sitoplasma (P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 26,13a , 24,68a , 17,64a , dan 20,83a ), dan sitoplasma lisis (P0, P1, P2, dan, P3 berturut-turut 16,66a , 8,69a , 13,05a , 4,44a ) tidak menunjukkan pengaruh (P>.05). walaupun tidak berpengaruh nyata presentse oosit paling tinggi terdapat di P0. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan GSH pada media maturasi menunjukkan oosit yang hidup lebih banyak jumlahnya dibanding dengan tidak menggunakan GSH pada variabel zona pelusida fraktur, penyusutan sitoplasma, dan sitoplasma lisis. Hal ini disebabkan karena GSH dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas dengan memberikan elektron dan mengubahnya menjadi bentuk yang tidak berbahaya. Disimpulkan bahwa Kualitas oosit menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan konsetrasi GSH 0,5 mM, 1 mM, dan, 1,5 mM yaitu masing-masing 66,62%, 69,30%, dan 73,33%. en_US
dc.publisher UNIVERSITAS BOSOWA en_US
dc.subject oosit en_US
dc.subject sapi Bali en_US
dc.subject kualitas en_US
dc.subject kriopreservasi en_US
dc.subject antioksidan en_US
dc.title PENGARUH PENAMBAHAN ANTIOKSIDAN GLUTATHIONE SULFIHIDRIL (GSH) PADA MEDIA MATURASI TERHADAP KUALITAS OOSIT SAPI BALI PASCA KRIOPRESERVASI en_US
dc.type Thesis en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account