Abstract:
Diare akut pada bayi merupakan keluhan yang ditandai dengan terjadi
peningkatan frekuensi buang air besar dari intensitas normalnya yaitu
buang air besar lebih dari 3 kali/hari disertai peningkatan volume dan
perubahan konsistensi faces lembek atau cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari 14 hari, yang biasanya
menyebabkan demam karena dehidrasi, nafsu makan memburuk, lesu,
sering buang angin, dan rasa tidak nyaman. Diare masih sering menjadi
Kejadian Luar Biasa ( KLB ) karena dapat menyebabkan kematian.
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara penyebab lainnya adalah
disentri, gizi dan infeksi. Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB di Indonesia yang
tersebar di 6 Propinsi, salah satunya Sulawesi Selatan dengan period
prevalence diare 10,1 % dan insiden diare pada balita di indonesia
berkisar 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi pada
balita adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi
Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare
yang tersebar di 5 propinsi ( Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,Lampung,
NTT dan Jawa Timur), 6 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 2.549
orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%). Hasil penelitian yang
dilakukan (1) Pada variable hygine ibu terbanyak pada ketegori buruk
(64,2%) dibandingkan kategori baik (35,8%), (2) Lebih banyak status gizi
buruk (45,7%) dibandingkan gizi sedang (19,8%), gizi baik (28,4%), gizi
lebih (6,2%), (3) Lebih banyak pemberian asi eksklusif pada ketegori tidak
(56,6%) dibandingkan pada bayi penerima asi eksklusif (44,4%), (4) pada
variable lingkungan yang terbanyak adalah lingkungan buruk (50,6%)
dibandingkan lingkungan baik (49,4%). Kesimpulan penelitian bahwa ada
hubungan yang signifikan antara hygine ibu, status gizi, pemberian asi
eksklusif, dan lingkungan dengan terjadinya diare akut pada bayi 6 – 12
bulan yang dirawat di bagian kesehatan anak rsud labuang baji Makassar.