DSpace Repository

KUALITAS OOSIT SAPI BALI SETELAH PEMBEKUAN DENGAN PENAMBAHAN GLUTATHION SULFIHIDRIL (GSH) PADA MEDIA ADAPTASI

Show simple item record

dc.contributor.author MEGAWATI, ANDI
dc.date.accessioned 2023-10-12T06:49:48Z
dc.date.available 2023-10-12T06:49:48Z
dc.date.issued 2023
dc.identifier.other 45 19 035 011
dc.identifier.uri http://localhost:8080/xmlui/handle/123456789/6915
dc.description.abstract Produksi embrio secara in vitro dibutuhkan oosit berkualitas dalam jumlah besar selanjutnya dilakukan kriopreservasi oosit yang merupakan suatu cara untuk menyimpan embrio dalam bentuk beku. Proses kultur oosit dapat menyebabkan terjadinya stress osktidatif, menimbulkan reactive oxygen species (ROS) seperti radikal bebas. Radikal bebas merupakan kelompok molekul kimia yang tidak stabil dan sangat reaktif yang dapat menyebabkab kerusakan sel, sehingga dibutuhkan suatu bahan antioksidan yaitu Glutathion sulfihidril (GSH) dalam media adaptasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas oosit sapi Bali setelah di-thawing dengan penambahan GSH pada media adaptasi setelah pembekuan. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2023, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan penambahan GSH pada media adaptasi yaitu P0 (kontrol), P1 (0,5mM), P2 (1mM), P3 (1,5mM) dengan 6 kali ulangan. Parameter penelitian adalah morfologi oosit (viabilitas, zona pelusida fraktur, penyusutan, dan lisis) setelah pembekuan dan pencairan kembali. Data dianalisis menggunakan ANOVA dibantu program software SPSS v16, jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan GSH terhadap: pada viabel P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 57.38a , 73.88b , 75.00b , dan 72.36b (P<.05), dan penyusutan sitoplasma P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 27.02b , 20.00ab , 5.55a , 16.52ab (P<.05). Persentase oosit yang viabel pada perlakuan GSH nyata lebih tinggi (P<0,05) dibanding kontrol. Sedangkan penyusutan sitoplasma, perlakuan 1mM (GSH) nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding kontrol, 0,5mM dan 1,5mM. Gluthatione sulfihidril adalah suatu thiol tripeptida (y-glutamylcysteinylglycine) yang merupakan komponen sulphydryl non protein berperanan penting dalam detoksifikasi dan antioksidan seperti memelihara kondisi redoks 21 intraseluler dan melawan stress oksidatif. Sedangkan pada zona pellusida fraktur (P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut 5.11a , 0.00a , 2.77a , 0.00a ) dan sitoplasma lisis (P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 12.00a , 6.11a , 16.66a , 11.11a ) tidak menunjukkan pengaruh (P>.05). Glutathione memiliki fungsi, antara lain mempertahankan reaksi redoks pada sel yang dikultur, meningkatkan produksi, protein, DNA, serta menghambat reaksi sulfasi. Disimpulkan bahwa penambahan antioksidan GSH pada media adaptasi menunjukkan 1mM (75.00%) memiliki tingkat viabel yang paling tinggi dibanding dengan kontrol (57.38%) dan perlakuan 0,5mM (73.88%), dan 1,5mM (72.36%). en_US
dc.publisher UNIVERSITAS BOSOWA en_US
dc.subject Kualitas en_US
dc.subject Oosit en_US
dc.subject Sapi Bali en_US
dc.subject Glutathione Sulfihidril en_US
dc.title KUALITAS OOSIT SAPI BALI SETELAH PEMBEKUAN DENGAN PENAMBAHAN GLUTATHION SULFIHIDRIL (GSH) PADA MEDIA ADAPTASI en_US
dc.type Thesis en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account