dc.description.abstract |
Produksi embrio secara in vitro dibutuhkan oosit berkualitas dalam
jumlah besar selanjutnya dilakukan kriopreservasi oosit yang merupakan
suatu cara untuk menyimpan embrio dalam bentuk beku. Proses kultur
oosit dapat menyebabkan terjadinya stress osktidatif, menimbulkan
reactive oxygen species (ROS) seperti radikal bebas. Radikal bebas
merupakan kelompok molekul kimia yang tidak stabil dan sangat reaktif
yang dapat menyebabkab kerusakan sel, sehingga dibutuhkan suatu
bahan antioksidan yaitu Glutathion sulfihidril (GSH) dalam media
adaptasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas oosit sapi Bali
setelah di-thawing dengan penambahan GSH pada media adaptasi
setelah pembekuan.
Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2023, menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan penambahan
GSH pada media adaptasi yaitu P0 (kontrol), P1 (0,5mM), P2 (1mM), P3
(1,5mM) dengan 6 kali ulangan.
Parameter penelitian adalah morfologi oosit (viabilitas, zona pelusida
fraktur, penyusutan, dan lisis) setelah pembekuan dan pencairan kembali.
Data dianalisis menggunakan ANOVA dibantu program software SPSS
v16, jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan GSH
terhadap: pada viabel P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 57.38a
, 73.88b
,
75.00b
, dan 72.36b
(P<.05), dan penyusutan sitoplasma P0, P1, P2, dan
P3 berturut-turut 27.02b
, 20.00ab
, 5.55a
, 16.52ab (P<.05). Persentase oosit
yang viabel pada perlakuan GSH nyata lebih tinggi (P<0,05) dibanding
kontrol. Sedangkan penyusutan sitoplasma, perlakuan 1mM (GSH) nyata
lebih rendah (P<0,05) dibanding kontrol, 0,5mM dan 1,5mM. Gluthatione
sulfihidril adalah suatu thiol tripeptida (y-glutamylcysteinylglycine) yang
merupakan komponen sulphydryl non protein berperanan penting dalam
detoksifikasi dan antioksidan seperti memelihara kondisi redoks 21
intraseluler dan melawan stress oksidatif. Sedangkan pada zona pellusida
fraktur (P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut 5.11a
, 0.00a
, 2.77a
, 0.00a
) dan
sitoplasma lisis (P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 12.00a
, 6.11a
, 16.66a
,
11.11a
) tidak menunjukkan pengaruh (P>.05). Glutathione memiliki fungsi,
antara lain mempertahankan reaksi redoks pada sel yang dikultur,
meningkatkan produksi, protein, DNA, serta menghambat reaksi sulfasi.
Disimpulkan bahwa penambahan antioksidan GSH pada media adaptasi
menunjukkan 1mM (75.00%) memiliki tingkat viabel yang paling tinggi
dibanding dengan kontrol (57.38%) dan perlakuan 0,5mM (73.88%), dan
1,5mM (72.36%). |
en_US |